Sifat sombong boleh melemahkan posisi seseorang dalam menghadapi tantangan, atau cabaran baik yang muncul karena sebab kelebihan ilmu, pandangan, atau informasi. Ini sering mengakibatkan dirinya mudah mengambil kesimpulan, keputusan, atau bahkan menghukum keadaan. Jelas cara ini sangat merbahaya. Karena dengan cara seperti itu seseorang akan terjebak dalam pandangan yang melampau terhadap dirinya dan sebaliknya memandang rendah terhadap orang lain atau keadaan yang dihadapinya. Ini pernah menjadi catatan pahit kaum muslimin di masa lalu, sebagaimana Allah sebut dalam ayat-Nya:
“Sungguh Allah telah menolong kamu di banyak tempat dan pada hari (perang) Hunain, saat jumlah kalian yang banyak membuat kamu bangga tapi ternyata tidak berguna sama sekali bagi kamu (jumlah tersebut), dan bumi kamu rasakan menjadi sempit padahal ia luas, kemudian kamu berpaling dengan membelakang. Kemudian Allah menurunkan ketenteraman-Nya atas rasul-Nya dan atas orang-orang beriman dan menurunkan bala tentera yang kamu tidak dapat melihatnya, dan menyiksa orang-orang kafir. Dan itulah balasan bagi orang-orang kafir.” (At-Taubah 25-26)
Sifat sombong juga boleh terjadi dalam bentuk mengangkat atau menonjolkan diri sendiri melebihi kapasiti sebenarnya. Merasa diri paling berjasa dan berperanan dalam meraih keberhasilan adalah bentuk lain dari kesombongan. Padahal keberhasilan dan kemenangan pastilah diraih melalui usaha bersama dan kerjasama dari semuanya. Sejarah telah membuktikan bahwa tidak ada kemenangan yang dicapai dengan sendirian. Kemenangan Islam adalah kemenangan kolektif dan dihasilkan dari ‘amal jama’i yang segala keputusannya lahir dari musyawarah (syura).
Disamping sifat sombong, ada lagi salah satu sifat yang perlu selalu diwaspadai dalam bermuamalah. Sifat yang dimaksud adalah sifat Riya. Sifat Riya juga menempati posisi penting dalam faktor-faktor penyebab kegagalan dalam sebuah amaliyah dan dalam perjuangan da’wah Islam.. Sebelum riya itu berdampak buruk dalam interkasi sesama manusia, ia terlebih dahulu merupakan penyakit yang dimurka Allah swt. Rasulullah saw menjelaskan bahawa alih-alih mendapatkan pahala, orang yang beramal dengan riya lebih layak menjadi penghuni neraka. Kerena memang orang yang riya bukan mencari redha Allah dengan amalnya. Atau mencari redha Allah sambil mencari pujian manusia. Dan Allah tidak suka cara seperti itu. Lalu, bagaimana akan mendapatkan pertolongan Allah swt. jika dalam beramal yang diinginkan adalah keredhaan manusia?
Sifat Sombong dan riya ini merupakan induk dari akhlak buruk yang akan memunculkan perilaku buruk lainnya. Kerana itu dapat difahami jika larangan sombong dan riya kemudian diikuti dengan larangan menghalang orang lain dari jalan Allah. Apa maksudnya? Maksudnya bukan dakwah dan perjuangannya yang menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, Tetapi adanya sifat-sifat dan akhlak buruk yang kadang menyertai dakwah dan perjuangan itu. Akhlak buruk boleh menyebabkan orang lari dari dakwah dan bahkan dari Islam itu sendiri. Dan jika ada orang yang lari dari Islam gara-gara kita yang berakhlak buruk, maka kita dianggap telah menghalang orang lain dari jalan Allah. Maka, sifat-sifat buruk ini perlu dibersihkan dari diri kita.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan